oleh

Merajut Masa Depan Bangsa dengan Semangat Kartini dan Kekayaan Budaya

-Nasional-79 views

jurnalzone.id   , Surabaya – Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia khidmat memperingati Hari Kartini, sebuah penanda penting dalam sejarah perjuangan emansipasi wanita dan pilar penting dalam memajukan pendidikan di negeri ini.

Di tengah gelombang modernisasi yang tak terhindarkan, perayaan Hari Kartini di lingkungan sekolah memegang peranan yang semakin vital dalam menanamkan nilai-nilai luhur bangsa sekaligus membuka jendela kearifan lokal bagi generasi muda.

Sebuah pemandangan yang menggembirakan terlihat di berbagai institusi pendidikan, termasuk di jantung Jawa Timur, Surabaya dan Sidoarjo. Sekolah-sekolah di kedua wilayah ini menunjukkan kreativitas dan komitmen yang tinggi dalam merayakan Hari Kartini.

Tradisi penyelenggaraan acara seni budaya, yang diwarnai dengan keindahan para siswa dan guru mengenakan pakaian adat dari Sabang hingga Merauke, patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Lebih dari sekadar pesta kostum, momen ini adalah manifestasi konkret dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah pengingat akan kekayaan dan persatuan dalam keberagaman yang menjadi identitas bangsa.

Lantas, mengapa tradisi mengenakan baju adat dalam peringatan Hari Kartini memiliki signifikansi yang begitu mendalam? Pertama, praktik ini secara langsung mendekatkan generasi muda dengan akar budaya mereka.

Anak-anak tidak lagi hanya menjadi penonton pasif yang melihat gambar atau membaca deskripsi tentang pakaian adat. Sebaliknya, mereka secara aktif berinteraksi dengan warisan budaya ini melalui pengalaman langsung mengenakannya, merasakan tekstur kain, mengagumi detail sulaman, dan memahami filosofi di baliknya.

Ini adalah metode yang ampuh untuk melestarikan tradisi, menjaganya dari ancaman kepunahan di tengah arus globalisasi yang seringkali homogen.

Kedua, panggung seni budaya yang dihadirkan dalam perayaan ini menjadi wahana pembelajaran yang tak ternilai harganya. Melalui tarian yang anggun, alunan musik tradisional yang khas, hingga motif kain yang sarat makna, siswa diajak untuk menyelami nilai-nilai filosofis yang tersembunyi dalam setiap elemen budaya.

Mereka belajar bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki narasi sejarah, kearifan lokal, dan ekspresi seni yang unik dan patut untuk dihormati serta dipelajari. Proses ini secara inheren membentuk karakter siswa menjadi individu yang memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh, empati yang mendalam, dan rasa hormat yang tulus terhadap perbedaan.

Namun, peringatan Hari Kartini tidak boleh berhenti pada selebrasi visual semata. Lebih dari sekadar mengenakan pakaian adat dan menampilkan keindahan seni budaya, momen ini seharusnya menjadi titik refleksi yang mendalam bagi seluruh ekosistem pendidikan.

Semangat Kartini yang membara dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara harus terus menjadiSuluh bagi setiap langkah. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, adil, dan memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh siswa, tanpa memandang perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, maupun jenis kelamin.

Inisiatif sekolah-sekolah di Surabaya dan Sidoarjo yang mengemas peringatan Hari Kartini dalam balutan seni budaya dan penggunaan baju adat adalah sebuah langkah maju yang patut diteladani.

Kendati demikian, esensi perjuangan Kartini tidak boleh tergerus oleh kemeriahan perayaan. Sekolah harus terus aktif dalam memberdayakan siswa perempuan, memotivasi mereka untuk meraih prestasi setinggi mungkin sesuai dengan potensi masing-masing, dan menanamkan keyakinan yang kuat bahwa mereka memiliki kapasitas yang sama dengan siswa laki-laki untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara.

Mari kita jadikan peringatan Hari Kartini bukan sekadar agenda rutin tahunan, melainkan sebuah momentum yang berkelanjutan untuk memperkuat jati diri bangsa melalui pelestarian kekayaan budaya dan melanjutkan cita-cita luhur Kartini dalam mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas, berkeadilan, dan merata bagi seluruh anak Indonesia.

Dengan mengenakan pakaian adat dan menampilkan seni budaya, kita tidak hanya merayakan warisan masa lalu, tetapi juga sedang merajut benang-benang masa depan Indonesia yang berbudaya, berkarakter mulia, dan menjunjung tinggi kesetaraan.(@red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed