oleh

Penerapan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan Dan Bela Negara

-Opini-31 views

Oleh: Raras Regina Balqis Br. Pasaribu, S.H

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelenggaraan negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia diatur di dalam bentuk UU RI Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.

Saat ini konsep Negara, Bangsa dan Nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.

Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus dipahami dan diwaspadai. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: Korupsi, Narkoba, Terorisme dan Radikalisme, Tindak Pencucian Uang (Money Laundring), dan Proxy War dan Isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax.Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.

Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka penguatan jati diri bangsa yang berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945. Komitmen dan kepatuhan seluruh warga negara dalam membangun kekuatan bangsa dengan segenap pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta digunakan sebagai instrumen pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jati diri bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan model dasar yang mampu mendinamisasikan pembangunan nasional di segala bidang.

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.

Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Tantangan dalam Menerapkan Nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

Tantangan adalah suatu hal atau keadaan yang menguji kapasitas, kemampuan, atau daya tahan seseorang atau kelompok untuk menghadapinya. Tantangan dalam kehidupan sehari-hari dapat berarti hambatan, kesulitan, atau rintangan yang memerlukan usaha, pemikiran, dan kerja keras untuk diatasi. Tantangan dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik dalam skala pribadi, sosial, atau pekerjaan, atau dalam skala yang lebih besar, seperti pembangunan negara atau masyarakat.

Karena tantangan biasanya berfungsi untuk mendorong pertumbuhan, perkembangan, dan inovasi, mereka dapat menghasilkan solusi inovatif dan meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok untuk menyelesaikan masalah ketika dihadapi dengan cara yang tepat. Di Indonesia, ada beberapa kendala yang menghalangi penerapan prinsip-prinsip Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, seperti:

Kemasyarakatan dan Keanekaragaman Budaya

Indonesia memiliki banyak suku, agama, budaya, dan bahasa yang berbeda. Perbezaan ini kadang-kadang dapat menyebabkan konflik di antara kelompok yang berbeda, yang pada gilirannya menghambat penerapan prinsip-prinsip kebangsaan yang seharusnya menyatukan negara.

Radikalisasi dan Ekstremisme

Penyebaran ideologi radikal dan ekstrem yang bertentangan dengan prinsip Pancasila dapat menjadi hambatan untuk menumbuhkan semangat kebangsaan yang inklusif dan menjunjung tinggi persatuan.

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Ketidaksesuaian dalam pembangunan ekonomi dan sosial di berbagai wilayah dapat menyebabkan ketidakpuasan dan perasaan tidak adil, yang dapat melemahkan rasa nasionalisme dan mempertajam polarisasi.

Kurangnya Pendidikan Berkualitas

Wawasan kebangsaan dan bela negara seringkali tidak diajarkan dengan baik atau tidak mendapat perhatian yang cukup dalam kurikulum, yang menyebabkan generasi muda kurang memahami dan menghayati nilai-nilai tersebut.

Pengaruh Globalisasi

Arus informasi global dan pengaruh budaya asing yang kuat dapat memengaruhi identitas bangsa, mengurangi kesetiaan negara dan nilai kebangsaan.

Kurangnya Pemahaman tentang Bela Negara

Banyak orang mungkin tidak memahami sepenuhnya konsep bela negara, baik dalam bentuk militer maupun kontribusi positifnya untuk kemajuan negara. Ini dapat menghambat mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara.

Politik Identitas

Politik identitas yang mengutamakan kepentingan kelompok tertentu dapat memperburuk konflik sosial dan menghilangkan semangat kebangsaan yang seharusnya menyatukan semua orang Indonesia.

Penting untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan pendekatan yang inklusif, edukatif, dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen bangsa lainnya.

Upaya Yang Dilakukan Untuk Menerapkan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan Dan Bela Negara

Negara memiliki peran penting dalam menerapkan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara. Upaya ini dilakukan melalui kebijakan, program, dan kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan oleh negara:

1. Pembuatan Kebijakan dan Regulasi

Penguatan undang-undang: Negara menetapkan aturan seperti UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan UU Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional. Kemudian Rencana strategis nasional dengan Menyusun kebijakan untuk meningkatkan kesadaran wawasan kebangsaan dan bela negara melalui dokumen strategis nasional.

2. Integrasi dalam Pendidikan

Mengadakan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn): Mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi. Mengadakan Program bela negara di sekolah dengan Memberikan materi khusus atau pelatihan bela negara untuk siswa sejak usia dini. Kemudian juga dapat dilakukan dengan Pengembangan kampus merdeka yang Mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dalam program yang mengedepankan wawasan kebangsaan.

3. Program Bela Negara

Mengadakan Pelatihan bela negara dengan mengadakan pelatihan bela negara Pemerintah menyelenggarakan pelatihan yang melibatkan masyarakat umum, pelajar, dan organisasi kepemudaan untuk memperkuat sikap cinta tanah air. Melakukan Perekrutan komponen cadangan Melalui program pertahanan negara, pemerintah melibatkan masyarakat sebagai bagian dari komponen cadangan dan pendukung pertahanan. Melibatkan TNI dan Polri untuk Melakukan pembinaan terhadap masyarakat melalui kerja sama antara militer, polisi, dan lembaga sipil.

4. Sosialisasi dan Kampanye Kesadaran

Melakukan Penyuluhan masyarakat Melalui media massa, seminar, dan kegiatan langsung di komunitas untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Kampanye melalui media sosial Menggunakan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang wawasan kebangsaan dan bela negara. Melaksanakan Peringatan hari nasional dengan Menyelenggarakan upacara dan kegiatan budaya untuk memperingati hari-hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan.

5. Penguatan Sistem Pertahanan dan Keamanan

Melakukan Modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) tentunya akan Memastikan kesiapan negara menghadapi ancaman dengan teknologi modern. Kemudian juga dengan melakukan Kerja sama internasional, Menjalin hubungan baik dengan negara lain guna menjaga stabilitas regional dan global. Meningkatkan kesejahteraan prajurit dengan Memberikan dukungan dan fasilitas bagi personel TNI/Polri sebagai pelaksana bela negara.

6. Penguatan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat

Mendorong masyarakat untuk mencintai produk local dengan Meluncurkan kampanye untuk meningkatkan konsumsi produk dalam negeri. memberdayakan masyarakat untuk Mengembangkan inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat agar lebih loyal kepada negara. Melakukan Pengelolaan sumber daya nasional dengan Memastikan sumber daya digunakan secara optimal untuk kepentingan nasional.

7. Perlindungan Identitas Nasional

Melestarikan budaya dengan Mendukung kegiatan pelestarian seni, bahasa daerah, dan tradisi lokal sebagai bagian dari identitas bangsa. Menegakkan kedaulatan Bahasa yang dilakukan dengan Menguatkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Memberantas hoaks dan ujaran kebencian juga akan Meningkatkan keamanan digital untuk mencegah perpecahan akibat informasi yang menyesatkan.

8. Fasilitasi Partisipasi Masyarakat

Mendorong masyarakat partisipasi aktif dengan cara Memberikan ruang kepada masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan wawasan kebangsaan, seperti kerja bakti dan forum warga. Memberikan Penghargaan dan apresiasi kepada teladan nasional kepada individu atau kelompok yang berjasa dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan.

Dengan berbagai upaya ini, negara berperan sebagai fasilitator dan pemimpin dalam membangun semangat kebangsaan dan menjaga kedaulatan bangsa, dan dengan melaksanakan upaya-upaya tersebut tentunya akan sangat membantu dalam menerapkan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara.

Kaitan Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan dan Bela Nagara dengan Isu Kontemporer yang ada pada saat ini

Nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara memiliki relevansi yang kuat dengan berbagai isu kontemporer yang dihadapi saat ini. Keduanya menjadi landasan penting untuk menghadapi tantangan global, sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang. Berikut merupakan kaitan keduanya dengan isu-isu kontemporer:

1. Polarisasi Sosial dan Ujaran Kebencian

Wawasan kebangsaan menekankan persatuan dan keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Bela negara mengajarkan tanggung jawab untuk menjaga harmoni sosial. Dalam konteks meningkatnya polarisasi akibat perbedaan politik, agama, atau suku, wawasan kebangsaan mengajarkan penghormatan terhadap perbedaan, sementara bela negara mendorong upaya aktif untuk menjaga stabilitas sosial dengan menghindari penyebaran ujaran kebencian dan hoaks.

2. Ancaman Siber dan Perang Informasi

Bela negara mendorong kesiapsiagaan menghadapi ancaman, termasuk dalam domain digital. Wawasan kebangsaan membantu membentuk narasi positif tentang bangsa. Di era digital, serangan siber dan penyebaran informasi palsu dapat melemahkan persatuan. Kesadaran bela negara mengajak masyarakat untuk menjaga keamanan data pribadi, melindungi infrastruktur digital, dan melawan propaganda yang memecah belah.

3. Radikalisme dan Terorisme

Nilai wawasan kebangsaan mengajarkan moderasi, toleransi, dan penghormatan terhadap ideologi negara. Bela negara melibatkan kesiapan masyarakat untuk melawan ancaman terhadap kedaulatan bangsa. Dalam menghadapi radikalisme, wawasan kebangsaan dapat menjadi alat edukasi yang efektif, sedangkan bela negara memberikan dorongan untuk melaporkan kegiatan mencurigakan dan mendukung program deradikalisasi.

4. Krisis Lingkungan dan Bencana Alam

Wawasan kebangsaan menanamkan rasa cinta tanah air, termasuk menjaga lingkungan. Bela negara mendorong peran aktif masyarakat dalam mitigasi bencana. Perubahan iklim dan bencana alam memerlukan solidaritas dan kerja sama. Semangat bela negara memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan tanggap bencana, sedangkan wawasan kebangsaan mendorong gaya hidup yang ramah lingkungan.

5. Tantangan Ekonomi Global

Wawasan kebangsaan mendorong penggunaan produk dalam negeri, sementara bela negara mengajarkan pentingnya mendukung kemandirian ekonomi. Dalam menghadapi tekanan ekonomi global, seperti inflasi dan ketergantungan pada impor, nilai-nilai ini dapat mendorong masyarakat untuk mendukung usaha kecil menengah (UKM) lokal dan memperkuat daya saing produk nasional.

6. Konflik Global dan Geopolitik

Wawasan kebangsaan membangun kesadaran tentang posisi strategis Indonesia, sementara bela negara mengajarkan pentingnya menjaga kedaulatan di tengah persaingan global.Dalam menghadapi ketegangan geopolitik, seperti konflik di Laut Cina Selatan, nilai-nilai ini memperkuat semangat menjaga kedaulatan wilayah Indonesia melalui diplomasi maupun kesiapan pertahanan.

7. Degradasi Moral dan Krisis Identitas

Wawasan kebangsaan menguatkan nilai-nilai moral bangsa berdasarkan Pancasila, sedangkan bela negara menanamkan rasa bangga terhadap identitas nasional. Dalam era globalisasi, banyak masyarakat terutama generasi muda yang terpengaruh budaya asing. Nilai-nilai ini mendorong penguatan jati diri tanpa meninggalkan kemajuan.

8. Penyalahgunaan Teknologi dan Media Sosial

Wawasan kebangsaan mendorong penggunaan media sosial untuk menyebarkan nilai positif, sementara bela negara mempersiapkan masyarakat untuk melawan dampak negatif teknologi. Maraknya cyberbullying, hoaks, dan eksploitasi media sosial dapat diatasi dengan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga harmoni sosial dan melindungi nilai kebangsaan di dunia maya.

Dengan menginternalisasi nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara, masyarakat dapat lebih tangguh menghadapi isu-isu kontemporer sekaligus menjaga kedaulatan, persatuan, dan keberlanjutan bangsa.

Nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga persatuan, kedaulatan, dan keberlanjutan bangsa Indonesia. Namun, penerapan nilai-nilai ini menghadapi berbagai tantangan, seperti keanekaragaman budaya, radikalisasi, kesenjangan sosial, kurangnya pemahaman, serta pengaruh globalisasi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, negara berperan aktif melalui kebijakan, pendidikan, program bela negara, sosialisasi, serta penguatan sistem pertahanan dan keamanan.

Selain itu, relevansi wawasan kebangsaan dan bela negara semakin kuat dalam menghadapi isu-isu kontemporer seperti polarisasi sosial, ancaman siber, radikalisme, krisis lingkungan, dan tantangan ekonomi global. Dengan pendekatan yang inklusif, kolaboratif, dan berbasis nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat lebih tangguh dan siap berkontribusi secara aktif dalam menjaga keutuhan bangsa.

Oleh karena itu, upaya sinergis antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen bangsa sangat diperlukan untuk memastikan bahwa nilai-nilai kebangsaan dan bela negara tetap menjadi landasan yang kokoh dalam menghadapi berbagai dinamika yang terus berkembang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed